Senin, 03 Oktober 2011

MERAPI DAN LAVA TOUR



Masyarakat di Yogyakarta dan Jawa Tengah pasti mengenal dengan baik keindahan dan keganasan Gunung Merapi. Dengan predikat sebagai salah satu gunung teraktif di dunia, Merapi menyimpan potensi bencana alam berupa letusan atau erupsi. Sudah sejak lama para peneliti geologi mengajukan berbagai macam teori mengenai keganasan letusan Merapi. Salah satunya yang terkenal datang dari ahli geologi Belanda, Reinout Willem van Bemmelen, yang mengajukan asumsi bahwa Gunung Merapi pernah meletus hebat pada 1006. Letusan hebat ini, oleh para ahli arkeologi kemudian ditafsirkan sebagai penyebab bagi pusat-pusat kerajaan Mataram Kuna mengalami kemunduran dan kemudian berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Setelah awal Millenium kedua, Merapi pernah meletus beberapa kali, di antaranya tahun 1672, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Pada letusan tahun 1672, awan panas dan banjir lahar menewaskan sekitar 300 jiwa. Sementara, letusan tahun 1930 menelan korban lebih banyak lagi, yakni sekitar 1.369 orang. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya, yaitu erupsi 1954, 1961, 1969, dan 1972-1973, memakan korban jiwa masing-masing puluhan orang. Erupsi lainnya terjadi pada 1994 yang menewaskan puluhan orang, sementara erupsi tahun 1998 tidak menimbulkan korban jiwa, karena letusannya mengarah ke atas. Pada Millenium ketiga, Merapi sekali lagi menunjukkan keganasannya. Kali ini terjadi pada tahun 14 Juni 2006, di mana terjangan lava dan awan panas mampu merobohkan dinding penghalang bagian Selatan yang biasa disebut geger boyo (punggung buaya), sehingga material panas tersebut kemudian menimbun bumi perkemahan Kaliadem. Erupsi yang hanya berselang 2 minggu sebelum Gempa Bumi melanda Yogyakarta dan Jawa Tengah tersebut telah menewaskan dua relawan evakuasi masyarakat lereng Merapi, yakni Sudarwanto dan Suwarjono. Mereka terjebak di dalam lubang persembunyian (bungker) ketika lahar panas menimbun bungker setinggi sekitar tiga meter. Kaliadem merupakan jangkauan terjauh dari terjangan lahar dan awan panas (dalam bahasa setempat disebut wedhus gembel) ketika erupsi tahun 2006. Desa-desa di sekitar Kaliadem, seperti Kinahrejo (tempat Mbah Maridjan, juru kunci Merapi tinggal), selamat dari bencana letusan tersebut. Ribuan kubik pasir-batu yang menimbun kawasan Kaliadem ini telah mengubah wajah Kaliadem dari bumi perkemahan yang hijau menjadi hamparan tanah gersang yang sangat luas. Kawasan yang tertimbun bekas lahar Merapi tersebut kemudian diresmikan sebagai obyek wisata dengan nama Lava Tour Kaliadem.


Wisatawan domestik maupun mancanegara dapat mengunjungi obyek wisata ini untuk melihat secara langsung material bekas letusan Merapi dan bungker tempat perlindungan dua relawan yang tewas. Kawasan kaliadem merupakan dataran tinggi di sebelah selatan Gunung Merapi. Dari kawasan ini, wisatawan dapat menyaksikan puncak Merapi yang menjulang tinggi dengan jarak pandang sekitar 2 kilometer.
Pesona keagungan gunung setinggi 2.965 meter di atas permukaan laut (dpl) ini dihiasi oleh asap sulfatara yang tak pernah berhenti mengepul dari mulut kawahnya, memperlihatkan bahwa gunung ini tak pernah berhenti beraktivitas. Selain menyaksikan indahnya puncak Merapi, wisatawan yang berkunjung siang hari dapat menyaksikan bukti-bukti geologis letusan Merapi tahun 2006, yakni hamparan pasir-batu yang merupakan material letusan dan bungker bekas persembunyian dua relawan
Dan puncak kedahsyatan merapi terakhir kali terjadi pada akhir 2010 yang lalu, dimana pada erupsi merapi kali ini banyak merenggut korban jiwa maupun harta benda. Bahkan sang juru kunci mbah Maridjan "ROSO". juga turut menjadi korban keganasan merapi. Dan sisa-sisa erupsi tersebut masih dapat kita saksikan langsung dari desa kinahrejo dan sekitarnya. 



LAVA TOUR

Pasca erupsi "dahsyat:" merapi 2010 yang lalu, Pemerintah Kabupaten Sleman mengembangkan wisata lokal lava merapi  atau lava tour untuk menggerakkan perekonomian masyarakat lereng Merapi pascaletusan Merapi. Wisata lava bisa langsung diikuti wisatawan begitu status Merapi dinyatakan aman.


Pemkab Sleman optimistis, obyek wisata lava akan mampu menyedot kunjungan wisatawan dalam jumlah besar karena obyek wisata sejenis itu tidak ada duanya di Indonesia. Wisata lokal merapi ini memiliki keunggulan khusus karena wisatawan bisa langsung mendekati bekas-bekas terjangan awan panas dan lava Merapi yang sudah dingin
di daerah  Kinahrejo para pengunjung  langsung berfikiran betapa dahsyatnya bencana ini yang telah melululantakkan daerah ini. hampir tak satupun ada tanaman yang hidup, rumah semuanya robah tak mampu menahan terjangan si wedus gembel. berkat dari kegiatan lava tour yang telah menarik minat banyak wisatawan untuk berkunjung di daerah ini semua membawa berkah tersendiri bagi penduduk daerah sekitar. untuk berjualan di daerah ini sehingga bisa meningkatkan perekonomian khususnya para pengungsi bencana merapi.

Semoga dengan adanya bencana kali ini bisa memberikan banyak hikmah bagi kita semua khususnya di dekat daerah merapi. kali ini bisa menjadikan bahan pelajaran yang paling berharga. 

Dan bagi pembaca yang berjiwa petualang ataupun ingin berkunjung di tempat wisata alternatif, tidak ada salahnya jika anda berkunjung ke tempat ini, yang pasti akan menjadi pengalaman yang tidak akan terlupakan dan tiada duanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar